Seiring dengan meningkatnya mobilitas dan jarak tempuh, manusia memerlukan alat bantu kendaraan untuk mobilitas mereka. Semakin banyaknya kendaraan bermotor maka insiden kecelakaan sangat tinggi. Insiden kecelakaan dapat menjadi penyebab terjadinya fraktur, baik kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2000). Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada perempuan dengan umur di bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada usia prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon (Anonim, 2008). Badan Kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstermitas bawah yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Insiden fraktur di USA diperkirakan menimpa satu orang pada 10.000 populasi setiap tahunnya (Armis, 2010). Manifestasi klinis fraktur yaitu hilangnya fungsi anggota gerak, nyeri pembengkakan dan deformitas akibat pergeseran fragmen tulang, krepitasi akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada daerah fraktur akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Kehilangan fungsi tubuh permanen merupakan kondisi yang di takutkan pasien fraktur (Smeltzer, 2002). Penuliasan karya tulis ilmiah ini ditujukan untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis post operative closed fracture humerus sinistra di Ruang Bangsal Melati RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan